Senin, 25 Mei 2015

FF / YAOI / YUNJAE / ONESHOOT / FAT JOONGIE

FAT JOONGIE!


"Aku normal dan menyukai yeoja, tapi mungkin aku terkena virus- virus Jaejoong sexual"



"Apa kau tidak punya kaca dirumahmu Kim Jaejoong? Jika memang tidak akan ku pinjamkan"

"Ma-maksud hyung?"

"Kau tidak menyadari dirimu seperti apa? Ck sudahlah aku hampir terlambat dan ini semua gara-gara kau! Minggir"

"Hyung, apa yang harus kulakukan agar kau menyukaiku?"

"Kau harus cantik dan memiliki tubuh ramping, keunde- sepertinya itu tidak mungkin hahahaha"

Kim Jaejoong.
Usianya 19 tahun. Dia anak penjaga kantin di SUNHWA ART UNIVERSITY
Jaejoong tidak berkuliah disana melainkan membantu Umma-nya menjaga kantin.
Keuangan keluarganya terbatas.
 
Selama bekerja di kantin kampus itulah ia jatuh hati pada seorang namja, Choi Siwon. 
Jaejoong bahkan secara terang-terangan menunjukan rasa sukanya pada sang kapten basket itu.

Namun seperti biasa dirinya akan berakhir tragis seperti sekarang, ditolak mentah-mentah! 

Penyebabnya?
Alasan utama karena fisiknya.
Jaejoong gendut!

"YAH! JAEJOONGIE KAU DARIMANA SAJA HUH? UMMA TIDAK BISA MENUTUP KANTIN KALAU KAU TIDAK ADA!"

"Eh? Waeo? Bukannya semua barang-barang sudah ku rapihkan?"

"Ish pabo! Kunci kantin kita kan ada padamu!"

"Eeehh? Benarkah?" Jaejoong merogoh saku celananya "Ah ini dia, mian Umma"

"Haaaahh, kau habis mengejar pemuda itu lagi eoh?"

"Yap. Aku tidak akan menyerah!" ucapnya dengan kedua tangan mengepal ke udara.

"Dan bersiap ditolak lagi?"

Jaejoong mengangguk sambil mempoutingkan bibirnya.

"Kau ini pemaksa sekali, dia tidak menyukaimu berhentilah mengejarnya, suatu hari kau akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik darinya"

"Yeee, kalaupun ada orang itu pasti juga akan menolak-ku Umma"

"Kalau begitu carilah yeoja, aish Umma tidak habis pikir kenapa kau lebih menyukai namja huh?"

"Molla, tapi Umma tidak melarangku untuk menyukai siapa saja ani? Tidak masalah jika orang itu namja"

"Kalaupun Umma permasalahkan kau juga pasti akan tetap memaksa"

"Umma~"

"Arra arra, yang penting kau bahagia Joongie, kau anak Umma satu-satunya jika kau tidak bahagia maka Appa-mu di Surga akan menghantui Umma setiap malam"

"Heheh gomawo Umma, Joongie sayang Umma" 

"Aigooo anak Umma sudah besar tapi manja sekali, kajja kita pulang ini sudah hampir malam"

"Uhm! Umma, hari ini masak apa?"

"Kau mau makan apa?"

"Japchae!"

"Japchae? Baiklah"

"Yang banyak dagingnya Umma!"

"Ne ne siap bos kecil"

*
*

 *KANTIN SUNHWA*

"Hyung! Tiga porsi kimbab ppali aku lapar!"

"Memangnya disekolahmu tidak ada kantin? Kenapa rajin sekali beli makanan disini?"

"Makanannya tidak enak! lagipula sekolahku dan kampus ini kan berdekatan jadi tidak masalah buatku hahahaha"

"Aigooo dasar monster food! Kka tunggu sebentar ne aku bungkus dulu"

"Ok"
 
"Yoooo Chang MEAAAANN, menumpang makan lagi eoh?"

"Jangan mengacak rambutku hyung sandal jepit!"

"Hahaha mian mian. Mana hyungmu? Dia tidak masuk kelas hari ini"

"Hyung antar Umma ke Gwangju, halmonim masuk Rumah Sakit semalam"

"Jeongmal? Halmonim kenapa?"

"Jantungnya kumat, ish Joongie hyung sudah belum?"

"Ne ne sudah, ini"

"Hehe ini uangnya gomawo Joongie hyung, hyung sandal jepit aku kembali ke sekolah dulu ne byeeee"

"Dasar kulkas! Neeeee pergilah"

Jaejoong nampak membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di meja.
Umma Kim sedang membeli bahan makanan yang habis jadi dia menjaga kantin sendirian hari ini.

"Jaejoong~ah aku lapar, aku mau ramen jamur satu jangan terlalu pedas ne" teriak Yuchun.

"Neeee"

Sambil menunggu ramen-nya tiba pemuda bermarga Park itu mengerjakan tugas kuliah yang sepertinya tidak sempat ia kerjakan dirumah.

Saat sedang menyiapkan ramen untuk Yuchun, Jaejoong melihat Siwon beserta teman-teman tim basketnya masuk kedalam kantin, sontak hal itu membuat dada Jaejoong berdegup.

"Oi gendut! Bawakan lima porsi Kimbab cepat jangan terlalu lama kami harus latihan basket!" teriak salah satu teman basket Siwon.

"Ppaliii jangan lelet begitu kau terlalu gendut jadi susah berjalan ya? Hahaha"

Jaejoong yang tentu saja kesal lebih memilih diam dan tidak menggubris semua ejekan teman Siwon.
Namun yang membuat hatinya tertohok namja pujaannya juga ikut tertawa. 

Ramen pesanan Yuchun selesai lebih dulu.
Ia membawanya ke meja Yuchun.

"Jangan kau dengarkan Jae, mereka memang suka se-enaknya"

"Aku sudah terbiasa Yuchun~shi, ini ramenmu selamat makan"

"Hm gomawo Jae"

Jaejoong tersenyum ramah lalu kembali untuk membuatkan kimbab pesanan Siwon dan teman-temannya, tak lama kimbap itupun selesai Jaejoong langsung mengantarkannya ke meja Siwon.

"Lama sekali!"

"Mian"

"Itu karena kau gendut jadi tidak bisa bergerak lebih cepat! Aish perutku lapar, kemarikan kimbabnya cepat"

"Lima porsi kimbab selamat makan" ucapnya sambil membungkuk.

Jaejoong melirik Siwon, dia masih berdiri disana memperhatikan namja yang telah mencuri hatinya itu.

"Apa? Kenapa kau masih disini?"

"A-ah p-permisi"

Jaejoong berlari kecil kembali ke tempatnya.
Ia duduk sambil matanya tetap menatap Siwon yang nampak tertawa senang.
Secara tidak sadar ia pun ikut tersenyum.

"YAH CHOI SIWON! LAIN KALI KERJAKAN TUGASMU SENDIRI JANGAN KAU MENYURUHKU LAGI!  ARRASEO?!"

"Kim Junsu- tapi tugasnya sudah kau selesaikan aniya?"

"BERISIK! Hei Yuchun~ah kau sedang apa? Makan ramen ya? Aku minta"

Yuchun yang sedang menyeruput ramennya terkejut saat Junsu sahabatnya menarik mangkuk ramen yang membuat ramen itu tercecer.

"YAH!"

"Aku sedang kesal kau diam saja! Sepupuku itu benar-benar pabo! Sudah pemalas sok ganteng pula!"

"Wae? Dia masih menginap dirumahmu?"

"Sayangnya iya! Choi gummo dan Choi samchon belum pulang dari Seatlle. Sebenarnya aku tidak masalah dia menginap, hanya saja setiap hari kalau tidak bermain basket ya menelpon seluruh pacar-pacarnya, tugas kuliahnya akan ia limpahkan padaku!"

"Kenapa kau tidak menolak?"

"Umma akan mengurung Xiahki kalau aku tidak membantu Siwon, sikapnya sangat berbeda jika di depan Umma dan Appa, terlihat seperti malaikat. Ish benar-benar menyebalkan! dasar kuda!"

Yuchun tersenyum sekilas. 
Sahabatnya sejak SMA itu benar-benar menggemaskan jika sedang marah, ditambah dengan cara makannya yang tidak berubah, terburu-buru dan terdapat banyak ceceran makanan di mulutnya. 
Yuchun mengambil tissue dan mengelap sudut bibir Junsu.

"Oh, wae? Ada bekas ramen ya?"

"Hum, seperti biasa"

"Hehehe kau kan tahu cara makanku Yuchun~ah"

"Neee tidak berubah"

"Kka aku sudah selesai, kita masuk? Kau tahu kan Jung Soo gangsanim tidak akan mengijinkan kita masuk kalau terlambat satu menit saja, kau sudah menyelsaikan tugasmu?"

"Baru selesai. Chakkaman aku bayar ramennya dulu"

"Aku saja! Kan aku yang menghabiskan ramenmu, Jaejoongie uang ramen Yuchun diatas meja neee"

"Ne Junsu~shi gomawo"

"Kajja"

*
*


"MWOYA?! 101? Bagaimana mungkin? Sudah seminggu ini aku hanya makan sayur kenapa berat badanku malah bertambah?!"

"Apa anda jadi membelinya tuan?"

"Ah itu ahjussi mianhe sepertinya aku tidak jadi membeli, berat badanku bertambah 2 kilo padahal seminggu lalu hanya 99 apa timbangan ini rusak?"

"Rusak? Itu baru datang tadi pagi, stock baru"

"O-oh begitu. Maaf ahjussi tidak jadi saja gomawo"
 
"Ish memang kau saja yang gendut" ucap pelayan tua itu pelan namun masih bisa didengar Jaejoong.

Minggu siang Jaejoong memutuskan untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.
Niat awalnya memang untuk membeli timbangan badan agar ia bisa mengontrol berat badannya, tapi ia tidak berniat lagi saat tahu justru berat tubuhnya bertambah.

"Haaaaahh apa aku benar-benar tidak bisa kurus ya? Kalau begini bagaimana Siwon hyung bisa menyukaiku" keluhanya sambil menopang dagu di meja foodcourt.

"Aku akan coba diet lebih ketat lagi besok! Uhm, Kim Jaejoong kau pasti bisa! Fighting!"

BRAK!

"O-Omo m-mian nuna aku aku tidak melihat mianhe

Saat dirinya berdiri ia tidak sengaja menyenggol nampan makanan yang dibawa seorang gadis dan membuat semua makanan itu terjatuh.

"YAH GENDUT! Kau tidak punya mata eoh?!"

"M-mian nuna, a-aku tidak sengaja.  Akan aku ganti makananya"

"Badanmu itu terlalu besar bahaya bagi pengunjung lain! Bisa-bisa kau menyenggol semua makanan yang ada!"

"Kenapa nuna membahas badanku? Aku kan sudah minta maaf"

"Ck, lebih baik kau berdiam diri saja dirumah jangan ke mall seperti ini. Mengganggu!"

Tidak boleh menangis, tidak boleh bersedih, tersenyum saja Jaejoong! Ucapnya namja manis itu dalam hati.

"Hi permisi, maaf aku mengganggu. Nona seharusnya kau tidak boleh bicara seperti itu,  ini tempat umum jadi siapapun boleh kesini"

Jaejoong dan kedua yeoja itu melihat kearah namja yang berada disamping mereka. 
Kedua yeoja modis itu bukannya marah tapi justru terpesona dengan paras si namja.
Lihat saja tubuhnya tinggi, kulitnya kecoklatan, berbibir tebal seksi dan berwajah kecil ditambah ia tengah tersenyu.
Tampan!
 
"Maafkanlah dia, aku yakin dia tidak sengaja lagipula dia berbaik hati mengganti makanan kalian kan? Jadi seharusnya tidak ada masalah lagi"

"Ne tapi baju kami kotor!"

Namja tak dikenal itu memiringkan sedikit kepalanya dan melihat baju dibagian perut yang memang terdapat noda.

"Di ujung jalan itu ada kamar mandi kau bisa membersihkannya disana, tissue dan sedikit air nodanya akan hilang"

Kedua yeoja itu saling berpandangan.
Mereka menghela napas panjang.

"Baiklah, aku akan menuruti perkataanmu. Heh gendut, harusnya kau berterima kasih padanya karena aku tidak mempermasalahkan hal ini. Dan kau tuan tampan, semoga kita bisa bertemu lagi ne?" ucap yeoja itu genit sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kau tidak apa-apa?"

"Gwaenchana, kamsahamnida sudah membantuku"

Namja tampan itu tersenyum, lalu menyerahkan sapu tangannya kepada Jaejoong.

"Bajumu juga kotor, gunakan ini dan bersihkan nodanya"

Jaejoong melongo.
Ia menatap sapu tangan dan namja itu bergantian.
Oh~
Belum pernah ada orang sebaik ini padanya.
 
"Kenapa diam? Ambilah, kau sangat lucu menggunakan baju itu jadi sayang kan kalau bajumu tidak bisa digunakan lagi hanya karena nodanya tidak bisa hilang?"

"Lucu?"

"Hum, hoodie bergambar gajah ini sangat lucu hahaha"

Raut wajah Jaejoong berubah masam.
 
"Kau mau bilang kalau tubuhku juga sama besarnya dengan gajah?"

Lelaki itu berhenti tertawa.
Dan menatap Jaejoong lucu.
 
"Aku tidak bilang begitu, aku hanya bilang kalau-"

"Sudahlah! Aku tahu badanku memang besar, aku gendut! Gomawo atas bantuannya permisi"

Jaejoong berbalik dan berlari meninggalkan namja yang telah membantunya.

"Yah, padahal kan aku jujur mengatakan kalau dia itu lucu"

*
*
 

"Aku menyukaimu hyung! Kumohon kali ini berikan aku kesempatan, aku akan berusaha keras untuk diet"

"Jaejoong~ah kau ini kenapa? sudah berapa kali kubilang aku tidak menyukaimu! Telingamu tidak tuli kan?"

"Tapi hyung aku benar-benar menyukaimu! A-aku pasti bisa kurus! Aku pasti bisa jadi apa yang hyung mau"

"Jaejoong~ah jangan seperti ini kau membuatku malu!"

Lagi, untuk kesekian kalianya Jaejoong mengatakan rasa sukanya pada namja berlesung pipi itu.
Bahkan kali ini ia nekat menyatakannya di depan teman-teman basket Siwon saat namja berlesung pipi itu berlatih.

"Hey Choi, kau terima saja! Lumayan jika kau butuh kasur untuk tidur bisa kau gunakan si gendut itu hahaha"

"Atau kalau tim kita kekurangan bola sepertinya dia juga bisa digunakan"

Choi Siwon meringis mendengar ledekan teman-temannya.
Selain malu dia juga merasa kesal dengan Jaejoong. 
Bagaimana-pun ia juga bisa terkena imbas ejekan dari teman-temannya jika Jaejoong terus mengejarnya.
Ia memikirkan sebuah ide.
 
"Kau benar-benar menyukaiku eoh?"

Jaejoong mengangguk cepat.

"Kau mau melakukan apapun yang kumau?"

Jaejoong mengangguk lagi.

Siwon menatap Jaejoong intens.
 
"Baiklah, aku bisa menyukaimu asal-"

"Asal apa hyung?" tanya Jaejoong antusias dengan mata berbinar.

"Asal kau bisa menguruskan badanmu tidak lebih dari satu bulan, maka aku bisa mempertimbangkan kau jadi pacarku"

"J-jeongmal? A-Aku bisa menjadi pacar hyung kalau- kalau aku bisa kurus??"

"Hm. Waktumu hanya satu bulan Kim, jika tidak berhasil maka jangan pernah mendekatiku lagi. Mengerti?"

"Uhm! Aku pasti akan berjuang hyung! Hyung lihat saja, aku akan menjadi orang yang bisa hyung banggakan di depan orang-orang"
 
"Yeah. Kka sudahlah aku harus latihan. Minggir!"

"Gomawo hyung gomawo!"

Jaejoong melompat senang setidaknya ia mendapat setitik kesempatan.
Belum tahu saja ia kalau mulai detik itu, penderitaannya dimulai.

*
*
 
"Jaejoongie, kau tidak makan dagingnya? Sudah tiga hari kau hanya makan sayuran saja, lihat wajahmu seperti mayat hidup pucat sekali"

"Aniyo Umma, Joongie kan lagi diet"

"Kau hanya makan sayuran itu bukan diet namanya tapi bunuh diri! Makan yang benar dan habiskan dagingnya, Umma sengaja memasak tak galbi kesukaanmu"

"Aniii, dagingnya untuk Umma saja. Sayurannya untukku"

"Jaejoongie~"

Namja bertubuh gempal itu tidak menghiraukan ucapan Ummanya.
Ia memilih sibuk melayani mahasiswa-mahasiswa yang lapar, jam makan siang seperti ini kantin terlihat penuh.

"Ini bibimbab pedas pesanan anda Yuchun~shi"

"Gomawo. Aigo Jaejoong kau pucat sekali, kau sakit?"

"Aku baik-baik saja"

"Tapi kau pucat sekali"

"Uh, mungkin aku hanya kelelahan"

"Istirahat sebentar. Mungkin kau anemia"

"Eung mungkin hehe"

"Jae, aku pesan ddaeboki satu dan susu vanila dingin"

"Ye Junsu~shi chakkamanyo"

Junsu yang baru datang langsung mengambil tempat duduk disamping Yuchun.

"Mana Yunho? tidak ikut makan siang?" tanya Yuchun.

"Dia mana suka tempat berisik seperti ini"

"Di atap lagi?"

"Yup seperti biasa"

"Oi bebek hyung sandal jepit hyung"

"Ish setan kecil ini lagi. Kau tidak bosan makan disini terus?" ledek Yuchun.

"Aniyo. Aku suka masakan Joongie hyung. aku pesan dulu kalau keburu habis kasihan perutku"

"Geezz anak itu benar-benar menyukai makanan! Apa dirumahnya para maid tidak memasak?"

"Molla mungkin bocah setan itu tidak cocok dengan masakan maid dirumahnya" jawab Junsu.

"Pantas saja dia sering berkeliaran disini, ah Su aku pinjam catatanmu kau mencatat materi kuis minggu depan kan?"

"Neee chakkaman. Omo!"

"Wae?"

"Inikan ponsel Yunho, aku lupa mengembalikannya"

"Kenapa ponselnya ada padamu?"

"Ponselku lowbat jadi aku pinjam ponsel Yunho, tapi saat sedang mengetik sms aku kepergok Kangin gangsanim jadi aku langsung memasukan ponsel Yunho kedalam tasku"

"Ya sudah kembalikan saja"

"Malas, aku lapar nanti saja setelah makan"

"Yeah terserah kau saja"

"Perutku lapar perutku lapaaarrr~~~~ sabar ne sayang sebentar lagi makananlezat itu akan datang mengunjungimu"

"Berapa banyak kali ini Jung Changmin?"

"Huh? bilmilae"

Yuchun meringis.
Entah terbuat dari apa perut adik sahabatnya itu. 

"Ini ddaeboki-nya Junsu~shi silahkan"

"Gomawo Jae. YAH! Ada apa dengan wajahmu? Kau pucat sekali, kau juga berkeringat. Kau sakit?

"See? Apa kubilang, wajah Joongie hyung pucat! Masih tidak percaya, kau ini bukan vampir kan hyung? Kalau pucat begitu kau nampak seperti Edward Cullen"

"Aku baik-baik saja,  mungkin hari ini sedikit panas jadi aku berkeringat, permisi"

Yuchun dan Junsu melihat ke samping kiri dan kanan mereka, panas?
Bukankah diluar sedang mendung dan sedikit berangin? 
Bagaimana bisa Jaejoong kepanasan? 
Pikir YooSu kompak.

"Hyung bulgogi dolshot, kerom chim dan champong ku masih lama?"

"Sebentar lagi tunggu neee"

"Kau pesan sebanyak itu?"

"Wae? Hyung sandal jepit mau? Tidak akan kubagi!"

"Mendengarnya saja sudah membuatku mual. Aku heran, makanmu begitu banyak tapi tubuhmu tetap kurus kemana larinya semua lemak itu eoh?"

"Hilang menguap berubah menjadi ketampananku"

"Eiiii percaya diri sekali kau bocah"

"Hehehe tentu saja, keluarga Jung tidak ada yang tidak tampan"

"Hum yeah whatever!"

"Ini pesananmu Changmin~ah"

"Sip! Thank you hyung!"

"Hush pergilah, kembali ke sekolahmu"

"Ish dasar bebek bohay!"

"Jung Changmiiiinn!!"

"Hahahaha"

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat.
Jam menunjukan sudah pukul empat sore.
Mahasiswa yang masih kuliah hanya tinggal sedikit. 
Dan di jam-jam seperti ini Jaejoong dan Umma-nya akan membereskan warung mereka.

"Joongie, tolong kau ambilkan piring disana itu piring punya kita"

"Ne Umma"

Jaejoong mengambil beberapa piring.
Saat dia sedang membereskan meja ia melihat sebuah ponsel yang tertinggal.

"Ung? ponsel siapa ini?"

DDDRRRTTTT  DDDDRRTTTTTT

"Omo ponselnya bergetar. Apa kuangkat saja ya? Siapa tahu dari si pemilik ponsel? Yeoboseo"

"............."

"Eh? Aku? Kim Jaejoong, neon nugu?"

"............"
 
"Aaaahh jadi kau pemilik ponsel ini? Ne aku menemukannya di meja kantin"

"..........."

"Molla~ aku tidak tahu kenapa ponsel ini bisa ada di kantin mungkin kau tadi makan disini dan lupa membawanya"

"..........."

"Huh? Apa katamu? Yah! Aku tidak mencurinya! Kalau kau tidak makan disini tapi ponselnya ada disini aku tidak tahu!"

"..............."

"Hum? Kau mau mengambilnya? Baiklah aku akan menunggu, jangan lama! Atau ponselnya aku tinggalkan dikantin"

"............."
 
"Ne ne"

KLIK~

Jaejoong menutup ponsel itu lalu memasukannya kedalam saku jaket.

"Kka Joongie kita pulang Umma sudah selesai"

"Umma duluan saja, Joongie disini dulu"

"Waeo? Ini sudah mendung Joongie sebentar lagi pasti hujan, kajja kita pulang saja kampus juga sudah sepi"

"Ani Umma, ada mahasiswa yang ponselnya tertinggal dan tadi dia menelpon akan mengambil ponselnya"

"Kenapa tidak besok saja?"

"Molla, dia mau mengambilnya sekarang, sudah Umma tidak usah khawatir Joongie kan juga sudah biasa pulang sendiri"

"Ya sudah kau hati-hati ne. Bawa payung ini takut nanti hujan"

"Uhm! Umma juga hati-hati"

Setelah Ummanya pergi, Jaejoong mengambil tempat duduk di dekat pintu jadi saat orang itu datang ia bisa langsung menyerahkannya.

DUA JAM KEMUDIAN

"Aish jinjja! Sudah hampir malam! Kemana orang itu? Batrenya mati jadi aku tidak bisa menelponnya! ish!"

TRASH~

Tiba-tiba hujan mendadak turun.
Petir dan angin dingin membuat Jaejoong merinding.
Hari sudah mulai gelap dan tidak ada siapapun selain dirinya disana.

"ISH! Aku mau pulang! Besok saja aku kembalikan!"

Saat Jaejoong berdiri seseorang berlari kecil menujunya.

"Mianhe aku sangat terlambat, ban mobilku pecah tadi dan juga jalanan macet karena banjir jeongmal mianhe"

Jaejoong memperhatikan wajah itu dalam minimnya cahaya.

"Tadinya aku sudah mau pulang keunde kau cepat datang. Ini ponselmu"

"Gamsahamnida"

"Neeee aku permisi dulu"

"Diluar hujan deras sekali, bagaimana kalau kuantar kau pulang saja?"

"Tidak perlu aku bisa sendiri"

"Tapi diluar hujan sangat deras, halte bis juga cukup jauh dari sini percuma kau pakai payung karena anginya kencang"

"Tapi-"

"Anggap saja balas budiku"

Jaejoong berfikir, orang itu benar. 
Hujan terlalu lebat, kalau menggunakan payung ia yakin tubuhnya juga akan tetap kebasahan.

"Baiklah"

Jaejoong dan namja itu langsung keluar menuju parkiran mobil, tubuhnya sedikit basah karena hujan.

Saat sampai didalam mobil, Jaejoong membuka jaketnya.

"Mianhe mobilmu jadi basah karena aku"

"Gwaenchana. Eh- kau?"

Jaejoong menoleh.
Ia membulatkan kedua matanya beberapa detik kemudian.

"Kau kan?"

"Foodcourt mall. Kau masih ingat?"

"Ah~ neee" tawanya gugup. "Maaf untuk yang waktu itu"

"Hahaha tidak apa-apa.  Kita bertemu lagi apa mungkin kita berjodoh?"

"Huh?"

"Opso. Omo wajahmu pucat kau baik-baik saja? Kau pasti kedinginan, ini pakailah jaketku"

"Terdapat 101 kilo lemak ditubuhku, jadi tidak akan membuatku kedinginan"

"Tapi-"
 
"Kau mau mengantarkanku pulang atau tidak? Kalau tidak aku pulang sendiri saja!"

"Baiklah.  Aku kan hanya mengkhawatirkanmu saja"

Oh.
Mendadak muncul semburat merah di pipi chubby Jaejoong.

"Kita belum berkenalan, siapa namamu?"

"Jaejoong"

"Jaejoong? Aku Yunho, Jung Yunho kau bisa panggil aku apa saja yang kau mau"

"Hm"

Yunho terkekeh mendengar jawaban singkat Jaejoong.
Sepertinya namja yang ada disampingnya ini irit sekali bicara aniya?

"Yunho~shi setelah lampu merah kau belok kiri dan yang paling ujung itu rumahku" tunjuk Jaejoong.

"Ok. Oya Jaejoongie apa kau berkuliah di SUNHWA juga? Kau mengambil jurusan apa?"

Hening

"Jaejoongie kau mengambil ju- eh? yah kau tidur?" 

Yunho tersenyum kecil saat mendapati kawan barunya itu tertidur.
Tapi senyumnya berubah cemas saat dilihatnya napas Jaejoong memburu serta wajah pucatnya terlewat merah, keringat juga mengalir di pelipisnya.

"Jaejoong? Kau baik-baik saja? Jaejoong~ah"

Yunho segera meminggirkan mobilnya.

"Astaga! Badanmu panas sekali, kau demam"

"Eung~" lenguh Jaejoong.

"Kita ke Rumah Sakit!"

Yunho itu langsung tancap gas menuju Rumah Sakit. 
Saat tiba, dengan cepat Jaejoong segera diperiksa dokter.
Yunho tetap setia menemani Jaejoong. 
Hingga satu jam kemudian.

"Eungh"

"Jaejoong~ah, kau sudah sadar? Kau baik-baik saja?"

"Eung, a-aku dimana?"

"Kau di Rumah Sakit, kau demam dan sempat tidak sadarkan diri"

"Huh? Benarkah?"

Yunho menatap Jaejoong tajam.
Dan lelaki tambun itu merasa risih dengan tatapan Yunho.

"Ke-kenapa kau memandangku begitu?"

"Kau tidak makan apapun hum? Tubuhmu kekurangan oksigen karena tidak ada asupan karbohidrat dan protein yang harus diterima tubuh"

Jaejoong mendudukan tubuhnya dan bersandar pada tempat tidur kamar rawatnya, dilihatnya selang infus tertancap di tangan kanannya. 
Kepalanya juga sedikit pusing, ia benar-benar berada di Rumah Sakit sekarang.
Tidak ia hiraukan pertanyaan Yunho.

"Aku harus pulang, Umma pasti menungguku dirumah"

"Ummamu akan kesini sebentar lagi. Aku sudah menghubunginya dari ponselmu"

"Oh terima kasih"

"Yah. Kau tidak makan apapun sejak seminggu lalu. Kau anoreksia?"
 
"Aku sedang tidak ingin makan"

"Ck, kesehatanmu bisa terganggu kalau kau tidak makan makanan bergizi Jae"

"Ow lihat siapa ini? Tidak ada urusannya denganmu tuan Jung aku mau makan atau tidak!"


Yunho menghela napasnya.
Entahlah, ia hanya merasa khawatir pada lelaki manis dihadapannya ini.
Yunho Jung mengambil nampan makanan dan bersiap menyendokan satu suapan nasi ke mulut Jaejoong.

"Kka kau harus makan"

"Tidak lapar"

"Ck, tidak lapar bagaimana? Tadi saat aku menelpon Ummamu dia mengatakan kalau kau sudah tidak makan nasi selama satu minggu"

"Kubilang aku tidak lapar Yunho~shi, dan lagi itu juga bukan urusanmu kan?"

"Memang bukan urusanku, tapi kau tidak kasihan pada Ummamu? Dia panik sekali, dia mengkhawatirkanmu Jae. Kka makanlah dulu"

"Shiruh! Kalau aku makan usahaku dietku selama ini sia-sia, masih sisa 25 hari lagi agar aku bisa kurus!"

Yunho mengangkat alisnya.
 
"Kau ingin kurus? Untuk apa? Kau lebih manis begini"

"Untuk apa dan kenapa aku ingin kurus itu urusanku! Kau tidak berhak bertanya"

"Baik baik, semuanya urusanmu terserah! Yang penting sekarang makan dulu"

"Tidak mau Yunho!"

Kali ini Yunho mesti ekstra sabar.
Namja yang benar-benar keras kepala.

"Baiklah. Bagaimana kalau kita buat perjanjian?"

Jaejoong melirik.

"Begini. Kau harus habiskan makanan ini dan- aku akan membantumu untuk diet"

"Huh? Kenapa kau mau membantuku?"

"Hmmm~ pertama aku tidak tega melihatmu begini dengan wajah pucat seperti mayat hidup ditambah Ummamu yang menangis saat kau masuk RS. Dan lagi- aku ini mahasiswa kedokteran gizi jadi yaa itung-itung kau kujadikan kelinci percobaanku"

"Kau-"

"Mau tidak? Diet seperti ini bukan diet yang baik tapi justru itu bisa merusak tubuhmu sendiri"

"Kau- mahasiswa SUNHWA? Kenapa aku jarang melihatmu di kantin?"

"Aku tidak suka tempat ramai"

"Kalau kau mahasiswa kedokteran, apa kau sekelas dengan Junsu~shi dan Yuchun~shi?"

"Kau kenal mereka?"

"Hum, hanya mereka yang mau berbicara denganku"

"Begitukah? Mereka sahabatku sejak SMA. Ah dan kau kuliah di SUNHWA juga? Jurusan apa?"

"Ani, aku dan Umma membuka warung makanan di kantin"

"Aaah~~~~"

"Wae? Kau malu kenal dengan anak penjaga kantin"

"Kenapa kau berfikir begitu? Jangan bicara yang aneh-aneh, Kka makan ini habiskan"

"Tapi- kau janji mau membantuku untuk diet?"

"Aku akan membantumu"

Senyum mengembang cerah.
Ia mengambil piring yang ada ditangan Yunho lalu memakannya penuh semangat.

"Ini enak!"

Yunho tersenyum kecil melihat sikap Jaejoong.
Menurutnya meski berat badannya berlebih, Jaejoong itu sangat lucu dan menarik.
Ada sisi cantik dari diri Jaejoong yang tidak namja  itu sadari.

*
*
 
DAY 1

"Pertama, kau harus sarapan! Ingat sarapan itu penting buat yang ingin diet, sarapan yang benar, roti susu dan perbanyak minum air putih, kau dengar?"

"Ne ne aku dengar, aku tidak suka roti boleh kutukar nasi atau telur?"

"Boleh, tanpa kuningnya cukup putih telurnya saja"

"Eh? Putih telur? Tapi aku tidak suk-"

"Jaejoong~"

"ARRASO!"

"Good, sudah kau sarapan dulu nanti makan siang aku akan menyusulmu dikantin"

"Eoh? kau kan tidak suka kantin, katanya terlalu berisik"

"Aku ingin mengawasi makan siangmu Jae"

"Ck cerewet sekali"

"Kau mau kurus tidak?"

"NEEEEEEEE, sudah aku tutup telponnya ya? Aku harus membantu Umma memasak"

"Baiklah, sampai jumpa dikampus Joongie bye"

"Bye. Uh? Apa dia memanggilku Joongie tadi? Ish dasar namja alien"

DAY 5

"Yunho~ah apa aku harus meminum ini? Ini tidak enak Yunho!"

"Jangan cerewet, cepat minum!"

"Tapi ini rasanya asaaaamm"

"Lemon asam membantu melepaskan lemak-lemak jahat yang menempel di dinding ususmu Jae! Itulah kenapa aku campurkan dengan madu agar rasanya seimbang"

"Madunya saja, lemonnya untukmu"

"-_-"

"Ish baiklah-baiklah aku akan meminumnya! Huuffttt fightoooo OH!!!"

Jaejoong meneguk gelas berisi minuman air lemon asam dengan madu.
Adam applenya bergerak turun naik tanda bahwa air itu sedikit demi sedikit masuk ke tenggorokannya.

"KYAAAAAAAAAAA ASAM!"

"Hahahahahaaaa"

DAY 10

"Haaaahh haaahh haaaahhh Yun uhuk Yunho~ah larinya su- uhuk sudah ya"

"Lari 10 keliling membantu membakar lemak. Aku tadi sudah memeriksa jantungmu dan kau sehat"

"Ta-tapi Yunho"

"Kau baru lari dua keliling sejak 30 menit lalu Jae, jangan manja lari cepat!"

"Keunde…"

"Kim Jaej-"

"NE NE! HUEEEEEEEE UMMAAAAAA~~~~~"

DAY 15

"Yaiiiiiiiiyy turun 20 kilo! Yunho~ah lihat berat badanku turun, kita berhasil Yunho!"

"Hm, masih perlu turun 40 kilo lagi. Itu berat badan normalmu. Masih sanggup?"

"Tentu! Aku pasti bisa! kalau aku kurus aku bisa mulai mendekati Siwon hyung dan kami akan-"

"Siwon?"

"Uhm! Siwon, Choi Siwon. Aku menyukainya dan demi dia diet seperti ini"

Yunho menatap Jaejoong serius.
Wajahnya berubah masam.
 
"Kau gila"

"Hehehe, aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya. Dia bilang aku bisa menjadi pacarnya kalau aku bisa kurus, dan sebentar lagi aku akan kurus kan Yunho? dia hanya memberiku waktu satu bulan"

"Hah apa itu? Cinta tapi bersyarat"

"Ani. Aku juga berfikir bagus juga kalau aku diet, dia tidak malu kalau jalan bersamaku"

Yunho diam.
Hatinya mendadak tidak nyaman saat Jaejoong membicarakan tentang sepupu Junsu itu.

"Yunho wae geure?"

"Tidak ada. Cha habiskan nasinya sebelum jam lima, setelah ini kau tidak boleh makan apapun lagi"

"Aku tahu aku tahu. Kemarikan nasinya"

Yunho memberikan piring nasi itu kepada Jaejoong dan Jaejoong tanpa membuang waktu langsung melahap nasi dengan tak dori itu lahap. 
Yunho mengacak rambut Jaejoong sayang.
Sayang? Tidak bisa dipungkiri bahwa ia memang memiliki rasa terhadap Jaejoong.
Meski ia masih sulit menjabarkan rasa itu.

DAY 20

"Yaaaah Jaejoong~ah kau benar-benar sudah lebih kurus sekarang eoh? Wajahmu juga  lebih segar, dietmu bersama Yunho berhasil" goda Yuchun yang memang sudah tahu bahwa Yunho membantu Jaejoong untuk diet.

"Neee begitulah hehe"

"Benar-benar terlihat berbeda"

"Kau jangan terlalu banyak memujinya Yuchun~ah bisa-bisa dia kembali gendut nanti karena merasa sudah kurus"

"Ya Jung Yunho!"

Saat sedang asik mengobrol bersama Yuchun dan Yunho di kantin, tiba-tiba Jaejoong melihat Siwon masuk kedalam kantin, dengan cepat ia menghampiri namja berlesung pipi itu yang sedang memesan jus.

"Siwon hyung"

 "Ya?"

"Hyung! Ini aku Jaejoong, kau tidak mengenalku?"

Siwon mengerutkan keningnya.
Sedetik kemudian ia mengedipkan matanya cepat.
 
"K-Kau Kim Jaejoong? Jaejoong si gendut"

Jaejoong mengangguk senang.
 
"Seperti janjiku padamu aku akan kurus dalam waktu satu bulan, tinggal 10 kilo lagi maka berat badanku akan sempurna"

"Aigooo kau benar-benar berusaha rupanya?"

"Tentu saja, aku ingin hyung menyukaiku jadi aku lakukan apa saja"

Siwon tersenyum dia mengacak rambut Jaejoong gemas.
Dirinya menjadi lebih lunak sekarang.
 
"Kau kalau kurus begini cantik juga"

"YAH! hyung aku ini namja jangan menyebutku cantik! Bagaimana kalau keren"

"Baiklah namja cantik dan keren"

"Yah hyung~" rajuknya manja.


SRAK~
 
"Oi, Yunho kau mau kemana?"

"PULANG!"

"Kita masih ada satu mata kuliah lagi. Yunho-. Yaaahh sepertinya ada yang cemburu disini"
kekeh Yuchun.
 
DAY 25

"Hi Jae"

"Omo Yuchun~shi, kau menganggetkanku"

"Sudah mau pulang?"
 
"Nee sudah sore jadi kantin sudah tutup, kau belum pulang Yuchun~shi?"

"Panggil aku Yuchun saja kau teman Yunho berarti kau juga temanku, aku sedang menunggu Junsu dia diatas mengambil bukunya yang tertinggal"

"Aaahh neee"

"Kau tidak bersama Yunho? biasanya jam segini Yunho akan datang menemanimu makan sore"

"Ani, dia sudah dua hari ini tidak menemaniku makan sore, sepertinya dia sibuk menyusun skripsinya"

"Kau sudah menghubunginya?"

"Uhm! Tapi teleponku tidak di angkat, sms juga tidak dibalas"

"Sepertinya dia menghindarimu"

"Menghindariku? Waeo? Apa aku berbuat salah?"

"Kau tidak sadar Jae? Maksudku- dengar Yunho itu orang yang kaku, dia tidak mudah berteman dengan orang baru, di kampus ini apa kau pernah melihatnya jalan dengan orang lain selain denganku atau Junsu? Itulah kenapa aku sedikit aneh saat Yunho bisa langsung dekat denganmu"

Jaejoong diam.

"Pasti ada alasan kenapa dia mau membantumu, ada alasan kenapa dia bisa langsung dekat denganmu, apa benar kau tidak merasakan apapun Jae?"

Jaejoong menggeleng pelan.

"Kau tidak sadar apapun mengenai Yunho? Maksudnya- rasa seperti eung well kagum misalnya"

"Aku menyukai Yunho, dia temanku dan-"

"Ani ani bukan rasa itu. Tapi rasa yang kau rasakan pada Siwon, yah seperti itu"

"Yuchun~ah apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti"
 
"Ah sudahlah, kalau kau memang tidak ada rasa apapun sulit untuk menjelaskannya. Aku hanya ingin bilang jangan sakiti Yunho karena bagaimanapun dia sahabatku"

"Huh?"
 

Yuchun menepuk pundak Jaejoong dan beranjak meninggalkan Jaejoong dengan sejuta pertanyaan di benak Jaejoong

'Apa maksud Yuchun?'

*
*
 
"Kyaaaaaaaa Joongie hyung kau- kau benar-benar berbeda sekarang! Aish kau sedot lemak hyung? Kau jadi cantik sekali! Kau oplas juga?!"

"Jangan asal bicara! Aku diet Changmin~ah"

"Diet apa sampai bisa membuat hyung seperti sapu lidi begini? Sudah sebulan aku tidak kesini hyung justru semakin bersinar"

"Kau ini cerewet sekali, aku berolah raga dibantu makan makanan bergizi dan teratur jadi bisa sekurus ini, bagaimana? Apa aku terlihat tampan?"

"Ugh benarkah? Secepat ini? Hyung, bagaimana jika kau kujodohkan dengan hyungku? Dia pasti akan terpesona melihatmu"

"Aku tidak tertarik. Kau mau makan apa hari ini? Untuk merayakan tubuh baruku jadi aku akan mentraktirmu, pesan apa saja yang kau mau"

"JINJJA??? Aku bisa pesan apapun?"

"Apapun!"

"APAPUUUNN?" mata bocah 16 tahun itu terbelalak.

Jaejoong terkekeh.
Reaksi namja bertubuh jangkung ini sangat lucu.
Mengingatkannya pada seseorang.

"Hehehehe kalau begitu aku mau semua masakan yang ada di menumu hyung"

"Mwo? S-Semuanya??"

"Hehehehehehe"

 

"Joongie, kau kenapa? melamun saja daritadi"
"Umma, sudah seminggu aku tidak melihat Yunho, aku ingin berbagi kebahagiaan dengannya karena berkat Yunho aku berhasil menurunkan berat badanku"

"Kau merindukannya"

"Aku tidak merindukannya!"

"Bohong, pasti ada sesuatu yang hilang aniya?"

Jaejoong mengedipkan matanya.
Inocent.

"Joongie~ah, katakan pada Umma apa kau tidak mempunyai rasa terhadap Yunho?"

"Umma bertanya seperti pertanyaan Yuchun padaku waktu itu. Dia juga menanyakan soal rasaku pada Yunho"

"Rasa itu banyak macamnya sayang. Seperti rasa takut kehilangan, rasa sayang, rasa cinta. Kau rasakan hal yang mana untuk Yunho?"

"U-umma bicara apa sih? Joongie tidak mengerti!" ujarnya mendadak gugup.

"Benarkah kau tidak merasakan apapun pada Yunho sayang?"

"Ish Umma cerewet! Aku dan Yunho kan hanya berte-"

"Yunho Jung!"

Dada Jaejoong berdenyut saat seorang gadis memanggil nama itu.
Ia menoleh dan mendapati Yunho duduk dikursi kantin.
Jaejoong tersenyum dan berniat menghampiri pemuda tampan itu.
Namun senyumnya berganti murung saat dilihatnya Yunho tidak sendiri.
Ia bersama seorang gadis!

Mereka bahkan terlihat akrab sekali, tak jarang Yunho tertawa lepas. 
Mata Jaejoong melebar ketika yeoja berambut coklat panjang itu mencium pipi Yunho.
Ia meremas ujung bajunya.
Sakit.
Ada rasa sakit mendadak yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. 
Bahkan dulu saat melihat Siwon bersama wanita lain rasa sakitnya tidak seperti ini.

Apa ini?
 
"YUNHO!" 

Panggil Jaejoong kesal sambil berjalan menuju si pemilik mata musang saat yeoja itu pergi.

"Oh kau? Ada apa?"

"Ada apa? ADA APA KAU BILANG?? Kau kemana saja?! Seminggu ini kenapa tidak ada kabar?"

"Ck aku tidak tuli, tidak perlu berteriak. Kenapa memangnya? Kau masih membutuhkan aku? Kau kan sudah kurus dietmu berhasil, mau apalagi sekarang?"

"A-Apa maksudmu Yun?"

Sakit.

Hati itu berdenyut sakit sekali.

"Aku kan sudah membantumu Jae, dan aku pikir kita sudah selesai"

"Selesai?? Kenapa kau bicara seperti itu Yunho? Kita- kita berteman aniya?"

Yunho tertawa sinis.

"Berteman? Kukira kau hanya memanfaatkan aku karena Choi Siwon. Kau ingin kurus dan tampil beda karena namja itu. Semuanya karena dia"

"I-itu benar tapi- Yunho kau yang menawarkan bantuan padaku saat aku masuk RS kau ingat? Aku tidak pernah meminta bantuanmu!"

"Memang. Tapi kukira kau berdiet hanya ingin hidup sehat. Ternyata justru demi seseorang kau rela menderita"

"Lalu apa itu salah? Salah kalau aku ingin kurus dan terlihat lebih menarik demi orang yang kusuka?"

"Tidak. Karena itu kuminta kau menjauh dariku! Hubungan kita selesai ok?"

"Haha kau lucu Yunho. Hubungan apa huh? Kau bilang kita tidak berteman kan? Jadi- kita tidak mempunyai hubungan apapun! Dan oh- terima kasih telah membantuku tuan Jung Yunho!"

"Hi Jae"

Saat sedang beradu emosi, mendadak Siwon Choi sudah berada dibelakangnya.
 
"Siwon hyung?"

"Kau kenapa huh? Apa Yunho menggodamu?"

"Tidak- aku tidak apa-apa"

"Benarkah?"

Mendadak Siwon memeluk pinggang ramping Jaejoong.
Anehnya hal itu justru membuat Jaejoong risih.
Ia melepaskan rangkulan tangan pemuda Choi itu dari pinggangnya. 
Dan sedikit menjaga jarak.

"Oya Jae, hari minggu ini apa kau ada acara? Aku ingin mengajakmu menjadi pasanganku di ulang tahun Universitas nanti, apa kau mau?"

"Entahlah hyung, aku belum minta ijin Umma"

"Kau bilang saja dulu atau kalau perlu aku yang bicara dengan Ummamu, bagaimana?"

"Tidak perlu biar aku saja hyung"

"Baiklah, kabari aku ne.  Aku akan menjemputmu dirumah. Dan- ada yang ingin aku bicarakan nanti"

"Bicarakan apa?"

"Nanti saja, kalau hari ini tidak akan surprise lagi jadinya"

Jaejoong menggedikan bahunya.
Entahlah.
Dia merasa sedikit cuek pada Siwon akhir-akhir ini.
Perlakuan manis Siwon terasa asing baginya. 
Padahal bukankah ini yang ia inginkan? 
Tapi Jaejoong justru merasa janggal



Dentuman suara musik terdengar begitu keras saat Jaejoong memasuki auditorium kampus SUNHWA yang disulap menjadi ruang pesta Ulang Tahun Universitas ternama itu.
Jaejoong gugup.
Ia tidak terbiasa dengan hal-hal semacam ini berbeda sekali dengan Siwon yang sibuk menyapa teman-temannya.

"Jae, kau duduklah disana aku ambilkan minum ne"

Jaejoong mengangguk. 
Kim Jaejoong benar-benar sempurna sekarang, tubuhnya sangat ramping.
Wajah androgini-nya sekarang menjadi obrolan se-Universitas.
Banyak yang terang-terangan menyatakan cinta padanya.

"Jaejoong? Kau Kim Jaejoong kan?"

"Eoh? Junsu~shi? Anyeong ne Jaejoong imnida"

"Omo, jadi kau benar Jaejoong si penjaga kantin yang gendut itu? Aigooo benar kata Chunnie kau sudah berubah sekarang, cantik sekali"

Jaejoong hanya tersenyum kikuk mendengar celotehan Junsu.
Junsu memang begitu, bicara sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

"Junsu~ah kau ini jangan gampang menghilang aish! Huh? Jaejoong?"

"Hi Yuchun~ah? Kau datang juga?"

"Hi. Bagaimana bisa aku melewatkan momen seperti ini? Banyak yeoja cantik dan seksi yang bisa kugoda"

"Awas kalau kau berani mendekati mereka semua Park!"

"Waeo? Kau cemburu Kim?"

"Cemburu? Haha jidatmu! Sudah aku mau ambil minum"

"Tunggu aku ikut! Aku kesana dulu Jae"

"Hm"

Jaejoong masih duduk tenang.
Sungguh ia merasa kurang nyaman dengan semua ini.

"Yo~! Yunho"

Jaejoong langsung menoleh kearah suara saat Yuchun yang sudah kembali dari mengambil minuman.
 Yunho dan Jaejoong beradu pandang.
Entah apa yang dipikirkan keduanya.

"Jae, ini minumanmu maaf lama aku tadi menyapa teman-teman beda jurusan dulu. Kau haus hum?"


"JUNG YUNHO! Aku mencarimu, kau ini menghilang seperti hantu!"


Yuchun yang jelas melihat ada sesuatu yang aneh melirik Jaejoong yang tertunduk sambil mencengkram gelasnya erat. 
Sedang Yunho? Hanya menatap sekumpulan orang yang sedang berdansa tanpa ekspresi.

Ah~
dia sangat tahu situasi ini.

Tak lama lagu bertempo cepat berganti dengan irama yang lebih lembut, masing-masing sudah membawa pasangannya ke lantai dansa.

"Yunho kajja kita berdansa"

"Malas"

"Ini pesta Yunho. Oh Tuhan kau membosankan! Kajja!"
 
Gadis itu terlihat menarik Yunho ke lantai dansa dan usahanya berhasil.

"Jae would you dance with me?"

"Aku tidak bisa berdansa hyung"

"Gwaenchana aku akan mengajarimu, ayo?"

Kini kedua pasangan itu telah berdansa dengan pasangannya masing-masing. 
Tersisa Junsu dan Yuchun yang sibuk meminum Orange Jus.

"Su, kau tidak berdansa?"

"Malas"

"Ck, kau sama saja seperti Yunho. Lalu untuk apa kau kesini kalau tidak mau berpesta?"

"Siwon mengajaku"

"Dan kau hanya duduk diam? Membosankan"

"Terserah"

Hening.

"Su, kau- mau berdansa denganku?"

"Hm?" Junsu melirik Yuchun dengan mata bulatnya "Baiklah"

Senyum Yuchun terkembang, dia menaruh gelas minumannya dan membawa Junsu kelantai dansa. 
Yuchun yang memang pintar berdansa langsung memegang pinggang Junsu, berbeda dengan si imut Kim Junsu ia terlihat gelagapan saat tubuhnya menempel erat dengan tubuh Yuchun. 
Tak jauh dari pasangan YooSu. Siwon Jaejoong dan Yunho dengan si gadis yang diketahui bernama Go Ahra itu nampak diam tanpa ekspresi dengan pasangan dansanya.

Tak bisa dipungkiri Jaejoong, matanya terus menangkap keintiman antara Yunho dan Ahra.
Sedang Yunho? ia lebih memilih menutup mata seolah menikmati musik pelan yang mengalun.

Saat musik berhenti, Jaejoong akan kembali ke tempat duduknya namun mendadak lengannya ditahan Siwon.

"Jaejoong~ah tunggu ada yang ingin ku bicarakan"

"Ada hyung?"

Keduanya berdiri tepat ditengah lantai dansa.
Dan membuat tatapan semua orang hanya tertuju pada Siwon - Jaejoong.
 
"Jaejoong~ah aku tidak tahu ini terlalu cepat atau tidak, aku tahu pengorbananmu padaku sudah terlalu banyak, kau rela menderita karena aku, maafkan aku"

Sorakan dan tepukan tangan terdengar.

"Hyung apa yang kau-"
 
"Kim Jaejoong, maukah kau menjadi pacarku?"

Jaejoong terkejut.
Dia menatap Siwon dalam. 
Akhirnya semua pengorbanan yang Jaejoong lakukan membuahkan hasil.
Choi Siwon namja yang selama setahun ini menjadi incarannya berhasil ia dapatkan. 
Tapi, ada rasa aneh yang menyelusup dada namja cantik itu.

Rasa yang sedikit berbeda dari sebelumnya.
Rasa yang selama ini selalu dipertanyakan.
Rasa yang sepertinya sudah beralih kepemilikan.

"Jaejoong~ah, maukah kau menjadi pacarku?" tanya Siwon lagi dengan genggaman buquet mawar merah yang bertuliskan J J

"Hyung aku ti-"

"Kumohon"

KRIET~

Suara pintu yang terbuka terdengar jelas di keheningan auditorium.
Jaejoong mengalihkan pandangannya kearah pintu.
Ia jelas melihat namja Jung itu yang baru saja keluar.

"Yun-"

"Jaejoongie, honey kau belum menjawab pertanyaanku"

"Mianhe hyung. Aku tidak bisa menerimamu, aku tahu aku sudah berkorban sebegini banyak untuk bisa mendapatkanmu, tapi ternyata hatiku berubah sesuai dengan bentuk tubuhku, tubuhku semakin mengecil begitupun dengan rasa sukaku padamu hyung"

"Jaejoong~ah apa yang katakan? Apa kau meminum wine? Kau mabuk?"

"Aku tidak mabuk, aku baik-baik saja dan sadar sepenuhnya! Karena itu aku ingin mengejar orang yang kusuka sekarang, aku tidak peduli jika dia menolakku, aku ingin menyatakan perasaanku padanya, sekali lagi kumohon maafkan aku hyung aku harap setelah ini kita masih bisa berteman, permisi"

"Jae! Jaejoong! Shit!"

Jaejoong berlari menuju pintu menyusul seseorang yang sudah merebut hatinya.
Jika terhadap Siwon dia begitu menyukainya, tapi dengan Yunho dia yakin dia sudah jatuh cinta padanya.
Satu level lebih tinggi.

"Omo, Jaejoong? Dia menyukai Yunho? Bagaimana bisa?"

"Takdir Su, mereka saling menyukai"

"Mwooooooo benarkah?"

"Aish kau berlebihan sekali"

"Aku heran kenapa mereka sedekat ini sekarang? Yah- apa yang terjadi selama aku pergi ke Busan Chun~ah?"

"Hm? Yang terjadi? Kau mau aku ceritakan?"

"Uhm! Ceritakan!"

"Baiklah"

Yuchun menarik Junsu kembali ke lantai dansa.

"Yah! Apa kau lakukan?"

"Tidak ada? Aku hanya ingin berdansa lagi denganmu, Minho~ya kau nyalakan lagi musiknya terlalu hening disini"

"As your wish Yuchun hyung"

Dan Yuchun menarik Junsu lebih dekat kearahnya.
Sangat dekat hingga bibir keduanya saling bertemu.

Mata Junsu berkedip cepat.
Namun beberapa saat kemudian ia merasa nyaman dan mengalungkan lengannya di leher Yuchun.

"Aku menyukaimu Junsu Kim" ucap Yuchun selesai mengecup bibir kenyal Junsu.

"Hanya suka?" 

"Menurutmu?"

"Bagaimana kalau cinta?"

"Hahaha kau mau aku mencintaimu?"

"Hum! Dan jauhi wanita-wanita gila yang kau sering kau goda itu!"

"Hmm~~~ bagaimana ya"

"YAH!"

"Kiss me"

"Tidak mau"

"Junsu Xiah"

Junsu terkekeh kecil.
Ia menarik leher Yuchun semakin mendekat kearah wajahnya dan kecupan-kecupan manis tercipta disana.


"Yunho! Jung Yunho tunggu!"

"Ada apa?"

Jaejoong diam mengatur napasnya yang tersengal.

"Dia menunggu jawabanmu Jae, kembalilah jangan biarkan pangeranmu menunggu"

"Biarkan saja"

"Ck"

"Yunho~ya"

Jaejoong berjalan mendekati Yunho hingga mereka saling berhadapan.

"Yunho, apa aku cantik?"

Yunho memandang Jaejoong dengan sebelah alis terangkat.

"Apa aku menarik?"

"Jae apa yang kau bicarakan?"

"Apa aku seksi? Bagaimana menurutmu?"

"Jaejoong~ah apa yang kau katakan? Apa kau mabuk?"

"YAH! Kenapa semua orang mengira aku mabuk? Aku tidak mabuk dan aku masih sadar! Karena itu aku ingin mengatakan kalau aku menyukaimu Jung Yunho!"

Yunho terkejut.
Dadanya meletupkan perasaan hangat.
Namun ia bersikap seolah tidak peduli.
 
"Ani sepertinya aku tidak menyukaimu, tapi mencintaimu!"

Bukannya merespon, Yunho malah memegang kening Jaejoong.

"Kau tidak demam, apa yang kau makan hari ini?"

"YAH! Aku sehat Yunho dan aku hanya makan mandu hari ini"

"Benarkah? Tapi kenapa bicaramu itu kacau sekali, sudahlah jangan main-main pergi sana Siwon pasti menunggumu"

"Apa aku terlihat sedang bermain-bermain denganmu? Apa aku hanya bisa bermain-bermain? Tidak pernahkah kau menganggapku serius?"

Yunho menatap Jaejoong tajam.
Wajah Jaejoong begitu sendu.

"Yunho~ah, aku tidak tahu apa yang terjadi denganku. Saat bersamamu aku selalu merasa nyaman, merasa aman, kau satu-satunya orang yang tidak malu jalan bersamaku saat tubuhku masih gendut, kau dengan sabar membantuku menjalankan program dietku, kau juga yang menyemangatiku saat aku sudah merasa pada titik lelah, saat itu aku baru sadar bahwa aku begitu bergantung padamu"

Yunho masih diam menatap Jaejoong, hatinya melemah saat melihat air mata Jaejoong jatuh menuruni pipi merahnya.

"Aku tidak tahu perasaan apa ini, hanya saja saat kau menghilang dariku seolah tubuhku ikut tertarik kearahmu, hilang bersamamu dan disini terasa tidak ada apapun"

Jaejoong meremas dadanya sendiri.

"Jae kau sadar apa yang kau katakan?"

"Aku sadar sepenuhnya Yun! Aku sadar bahwa aku telah jatuh lebih dalam untuk mencintaimu"

"Kau sadar bahwa kita berdua namja?"

"Aku juga menyukai namja sebelumnya"

"Tapi kau belum tahu apa aku menyukai namja juga sepertimu"

"Yunho?"

"Aku normal Jae, aku menyukai yeoja aku tidak menyukai namja"

Bagai dihantam palu besar menghujam kuat jantung Jaejoong.
Seolah jantung itu tidak lagi bekerja untuk memompa darahnya. 
Jaejoong tidak tahu kenapa air matanya begitu saja meleleh.

"A-Aku tahu, a-aku menjijikan untukmu Yunho ka-karena aku mencintaimu, a-aku akan ke-kembali kedalam" ucapnya terbata menahan isak yang sesaat lagi akan lolos.

"Aku memang memang normal dan menyukai yeoja, tapi kau tahu? Sepertinya aku terkena sebuah virus. Yang kukenal namanya virus Jaejoong sexual"

Jaejoong menghentikan langkahnya, posisinya membelakangi Yunho sekarang.

"Aku terserang virus yang dinamakan Jaejoong sexual, sebuah kelainan dimana mataku hanya tertuju pada Jaejoong, jantungku hanya akan berdetak kuat jika di dekat Jaejoong, langkahku akan selalu tertuju pada Jaejoong, dan hatiku selalu bisa merasakan dimana Jaejoong berada"

Jaejoong mulai terisak.
Kedua tangannya mengepal erat.
 
"Aku bahkan tidak peduli dia itu namja atau yeoja, karena yang aku tahu dia hanyalah seorang manusia indah bernama Kim Jaejoong, dan aku dengan senang hati menerima virus yang terjadi tanpa sepengetahuanku ini, virus Jaejoong telah menyebar hingga aliran darahku"

Jaejoong dengan uraian air mata berbalik dan menubruk tubuh Yunho untuk dipeluk.

"Yah Jaejoongie, jangan mentang-mentang kau sudah kurus kau bisa memeluku tiba-tiba begini"

"Huksss Yunnie jahat! Hukkss Joongie kesal Yunnie jahat!"

"Yunnie?"

"Ne, Yunnie itu nama panggilan dariku untukmu, jangan ada yeoja ataupun namja lain yang memanggilmu dengan panggilan itu, hanya aku saja!"

Yunho tertawa, dia memeluk tubuh Jaejoong semakin erat.
Tubuhnya pas dipelukannya seolah tubuh itu diciptakan Tuhan untuk ia peluk.
 
"Kau begitu menyukaiku hum?"

"Ani, aku hanya menyukai Siwon hyung"

"Eh?" Yunho langsung melepas pelukan diantara mereka.

"Uhm! Aku hanya menyukainya tapi- aku hanya mencintai Jung Yunnie Yunho!"

Yunho kembali tertawa mendengar kalimat manja dari kekasihnya.
Ia kembali ia merengkuh kekasih mungilnya itu erat.

"Aku juga mencintaimu Joongie, sangat cinta"

"Benarkah? Kalau begitu kau tinggalkan yeoja yang tadi pergi bersamamu"

"Gadis? Gadis yang mana?

"Yang berambut panjang itu!"

"Ah~ Ahra? Mianhe Joongie aku tidak bisa meninggalkannya"

"Apa?! Kau mau menduakanku Yunnie?" wajahnya bak anak kucing minta dipungut.

"Aku benar-benar tidak bisa meninggalkannya Jaejoongieku sayang. Mana mungkin aku meninggalkan bibi-ku sendiri"

"Huh? B-Bibi?"

"Yes honey. Go Ahra itu my auntie, dia adik Ummaku yang paling kecil, usianya lebih tua diatasku lima tahun dia asisten dosen di SUNHWA dia juga yang membantuku menyusun skripsi, kau cemburu pada bibiku sayang?"

"Ish kau terlihat mesra dengannya! Dan kenapa marganya Go bukan Jung?"

"Go itu marga Ummaku cantik. Dia itu seperti kakaku sendiri karena Umma dan Appa jarang ada dirumah, jadi Ahra noona yang menjagaku dan Changmin"

"Changmin?"

"Hum dia adiku, Jung Changmin akan kukenalkan padanya nanti"

"Chakkaman, apa dia namja yang sangat suka makan dan bersekolah di ST. Mary High School?"

"Omo, bagaimana kau tahu?"

"Aigooo dunia ini sempit eoh? Dia sering beli makanan di kantin, kalau tidak jam istirahat pasti jam pulang sekolah"

"Aish anak itu, pantas kalau pulang sekolah dia jarang makan dirumah ternyata beli di tempat-mu?"

"Hehehe dia sangat menyukai masakanku Yunnie, setiap hari pasti pesan banyak makanan, bahkan waktu itu dia memesan semua menu yang ada"

"Kau jangan heran dengannya sayang, dia memiliki lambung yang 4 kali lebih besar dari manusia normal"

Jaejoong tertawa lepas, melihat itu Yunho semakin terpesona dibuatnya.
Dengan bantuan sinar bulan wajah Jaejoong semakin sempurna.
Dan hal itu membuatnya melakukan-

CHU~

"Y-Yunnie?"

"Saranghae"

Jaejoong kembali menitikan air mata, hanya saja kali ini air mata itu adalah air mata bahagia.

"Joongie kenapa kau menangis lagi? Sayang kau- mmmppppphhtt-"

Jaejoong melumat bibir Yunho cepat.
Awalnya Yunho terkejut namun sedetik kemudian dia merengkuh Jaejoong erat dan Memeluk pinggang ramping Jaejoong agar lebih mendekat kearahnya. 

OTHER SIDE

"Yah Jung Changchang kau yakin kita bisa masuk kedalam?"

"Ish ChoKyulate kau tenanglah, kita sudah berpenampilan seperti mahasiswa sekarang, lagipula tahun depan kita juga akan menjadi mahasiswa SUNHWA kan? Jadi tidak masalah"

"Bagaimana kalau ada yang mengenal kita? Dan berhentilah memanggilku ChoKyulate! pabo"

"Kau begitu manis seperti coklat dan coffee latte Kyu, kajja kita masuk"

"Dasar legomaniac! OMO! Mereka? Aigoya~~~ apa tidak ada tempat lain untuk berciuman? Aish matakuuu"  
Namja manis bernama Cho Kyuhyun itu menutup kedua matanya.

"Apa yang kau kau lihat Kyu? YAH! I-Itu kan Joongie hyung! Yunho hyung!"

END
Irisajung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar